Kamis, 18 Maret 2010

Pemanfaatan Limbah Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi

Program Pembangunan Peternakan Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur mengacu kepada Rencana Strategis pemerintah daerah yang tertuang dalam visi daerah, yaitu terwujudnya masyarakat yang sejahtera, agamais dan berbudaya. Salah satu misi daerah adalah pengembangan ekonomi kerakyatan dengan mengandalkan pertanian dalam arti luas sebagai lokomotif pembangunan dalam rencana stategisnya. Hal ini dilandasai pada kenyataan bahwa kekuatan utama yang dimiliki oleh Kabupaten Paser adalah sumberdaya alam, termasuk pertanian, perkebunan dan peternakan. Guna meningkatkan daya saing berbagai komoditi pertanian, maka pada era globalisasi ini pendekatan pembangunan pertanian menuntut pengembangan teknologi pertanian secara terpadu dan bersinergi untuk mendapatkan nilai tambah. Salah satu keterpaduan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Paser adalah Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA). Pengembangan sapi potong integrasi dengan kelapa sawit telah dilaksanakan di Kecamatan Pasir Belengkong, Tanah Grogot, Kuaro, Long Ikis dan Kecamatan Long Kali.

Untuk mengetahui lebih jauh Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA), petugas peternakan telah melakukan studi pembelajaran ke PT.Agricinal di Provinsi Bengkulu. Hasil peninjauan petugas peternakan : Drh. Boy Susanto, MP, Ir. Harjana, MP, Ir. Taharudin dan Petuagas lapangan Bambang Sukaryo, bahawa secara nyata telah memberi manfaat terhadap peningkatan pendapatan petani peternak.

Sistem Integrasi sapi–sawit adalah suatu kegiatan yang memadukan 2 (dua) atau lebih usaha dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Dengan peningkatan efisiensi suatu usaha atau kedua usaha yang dipadukan disamping menghasilkan produk utamanya juga menghasilkan produk yang digunakan, sebagai input usaha yang kedua atau juga terjadi hal yang sebaliknya, maka diperolehlah keuntungan/pendapatan ganda.

Pada kebun kelapa sawit menghasilkan (pelepah, hijauan daun dan gulma) sedangkan pada ternak sapi dapat menghasilkan (kotoran/pupuk organic) yang dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tanah dalam kebun kelapa sawit, dimana kondisi ini saling sinergi dan bermanfaat. Pembinaan masyarakat petani kelapa sawit bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sistem integrasi sapi–sawit untuk meningkatkan pendapatan.

Pakan merupakan komponen biaya produksi tertinggi dalam usaha peternakan, dengan kisaran 65-75% untuk sapi potong. Tingkat produksi dan reproduksi sapi potong di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan di daerah temperate. Hal tersebut disebabkan ketersediaan dan pemberian pakan tidak mencukupi kebutuhan ternak, baik untuk hidup pokok maupun produksi.

Produk samping industri kelapa sawit yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah pelepah, daun, tandan kosong, serat perasan, lumpur sawit, dan bungkil kelapa sawit. Salah satu cara pemecahannya adalah dengan memanfaatkannya untuk pakan ternak. Sapi dapat memanfaatkan produk samping tersebut sebagai pakan dan sekaligus menghasilkan pupuk organik untuk tanaman. Pola integrasi ataupun diversifikasi tanaman dan ternak diharapkan dapat menjadi bagian integral dalam usaha perkebunan. Dengan perkataan lain, pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit pada wilayah perkebunan dapat menjadi basis pengembangan sapi potong. Kehadiran sapi potong di perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat memberikan nilai tambah, baik secara langsung maupun tidak langsung, selain
dampaknya terhadap kebersihan lingkungan.

Kandungan nutrien produk samping tanaman dan hasil ikutan industri Pengembangan sapi potong berbasis industri kelapa sawit 213 olahan kelapa sawit telah dilaporkan oleh peneliti Malaysia (Jalaludin et al. 1991) dan Indonesia (Aritonang 1984; Mathius et al 2004a). Kandungan dan kualitas nutrien produk samping tanaman kelapa sawit cukup rendah (Tabel ) akibat tingginya kandungan serat kasar, namun kandungan karbohidrat dalam bentuk gula mudah larut cukup


Tabel Produksi produk samping tanaman dan olahan kelapa sawit untuk setiap hektar.

Produksi sampingan Bahan segar, Bahan kering dan Bahan kering sbb :

Daun tanpa lidi : Bahan segar 1.430; Bahan kering 46,18 % dan Bahan kering 658 Kg;
Pelepah : Bahan segar 20.000 Kg ; Bahan kering 26,07 % dan Bahan kering 5.214 Kg
Tandan kosong : Bahan segar 3.680 Kg; Bahan kering 92,10 %; dan Bahan kering 3.386 kg
Serat perasan : Bahan segar 2.880 kg; Bahan kering 93,11 % dan Bahan kering 2.681 Kg
Lumpur sawit, solid : Bahan segar 4.704 Kg; Bahan kering 24,07 % dan Bahan kering 1.132 Kg
Bungkil kelapa sawit : Bahan segar 560 Kg; Bahan kering 91,83 % dan Bahan kering 514 Kg

Total biomassa : 13.585


Asumsi:
• Populasi tanaman 130 pohon/ha,
• Produksi pelepah 22 pelepah/pohon/tahun,
• Bobot pelepah 7 kg,
• Bobot daun per pelepah 0,5 kg,
• Tandan kosong 23% dari TBS,
• Produksi minyak sawit 4 t/ha/tahun (Liwang 2003),
• Tiap 1.000 kg TBS menghasilkan 250 kg minyak sawit, 294 kg lumpur sawit, 180 kg serat perasan, dan 35 kg bungkil kelapa sawit (Jalaludin et al. 1991).



Sistim integrasi sapi sawit di Kabupaten Paser dikenal dua pola yaitu : Pertama Sapi digembalakan dilahan sawit dengan memanfaatkan rumput disela-sela lahan sawit dan limbah sawit (pelepah sawit, daun sawit dan tandan kosong) tanpa dikandangkan. Kedua sapi dibuatkan kandang kelompok ditengah-tengah lahan sawit dan digembalakan pada siang hari dengan memanfaatkan rumput disela-sela lahan sawit dan limbah sawit (pelepah sawit, daun sawit dan tandan kosong) serta memanfaatkan lumpur sawit, dan bungkil kelapa sawit (limbah pabrik sawit).

Kelompok ternak sapi potong yang sukses mengembangkan pola integrasi sapi sawit adalah kelompok-kelompok ternak yang ada di Kecamatan Pasir Belengkong, desa Suatang dan Suliliran, Kecamatan Tanah Grogot desa Padang Pangrapat, Kecamatan Kuaro desa Rangan Barat, Kecamatan Long Ikis desa Kerta Bhakti, Sekurau Jaya dan Kayungo sari dan Kanyogo IA dan Kecamatan Long Kali desa Mendik dan Mendik Makmur.

Semoga upaya pengembangan sapi sistim integrasi sapi sawit di Kabupaten Paser ini mampu menjawab tantangan dan harapan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Ir. H. Ibrahim, MM untuk mensukseskan program swasembada daging sapi 2014, dengan usaha pemeliharaan sapi pada lahan perkebunan dengan memanfaatkan CSR ( Corporate Social Responsibility). Satu ekor satu hektar mengingat lahan perkebunan sawit cukup luas di Kabupaten Paser. (Tahar Paser).